Minggu, 13 Desember 2015

MEROKOK MATI TIDAK MEROKOK MATI



NAMA           : SASNITA SARI
N. P. M           : 01.14.076
KELAS          : REGULER SORE
JURUSAN     : ILMU KOMUNIKASI
M.K                : TEORI KOMUNIKASI
DOSEN          : SUMARNI BAYU ANITA, S.Sos, MA
seperti yang saya ketahui merokok di usia dini memiliki banyak dampak negatif. Rokok-rokok adalah produk yang berbahaya dan adiktif (menibulkan ketergantungan ) karena didalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya yang 69 diantaranya merupakan zat karsinogenik yang dapat menimbulkan kanker. Walaupun mereka punya keinginan yang kuat buat berhenti merokok, mereka bakalan sulit menghentikan kecanduan mereka terhadap rokok. Menurut Festinger dalam teorinya, manusia membawa berbagai macam unsur (elemen) kognitif dalam dirinya seperti; elemen sikap, persepsi, pengetahuan, dan elemen tingkah laku  (behavior). Masing-masing elemen itu tidka terpisah satu sama lain namun saling memengaruhi dalam suatu system yang saling berhubungan. Inkosistensi atau disonansi itu sendiri mundul karena adanya dua variable yaitu; 1) bobot dari elemen kognitif; dan  2) jumlah elemen yang terlibat dalam hubungan  yang inkonsistens itu. Dalam mengkonsumsi rokok dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya, mungkin disebabkan kurangnya pengawasan dari orang tua yang secara tidak langsung membiarkan anaknya menjadikan rokok awal mengenali Narkoba.

Sebagian besar penelitian pengguna rokok kecanduan yang terkait dengan sikap, perubahan sikap dan persuasi masuk dalam kelompok teori konsistensi, bahwa manusia akan selalu merasa lebih nyaman dengan sesuatu yang tetap (konsisten) daripada hal-hal yang tidak tetap (inkonsisten). Mengenai konsistensi kognitif ini yaitu teori “ketidaksesuaian kognitif” (cognitive dissonance) oleh Leon Festinger. Selama bertahun-tahun menjadi pengguna rokok benar telah membutktikan bahwa terlalu berlebihan merokok bisa sangat berdampak negatif yang begitu besar, dalam situasi lain yang dapat menimbulkan disonansi adalah “penggunaan yang coba-coba menjadi kebiasaan” atau terbujuk oleh lingkungan untuk melakukan konsumsi sesuatu yang bertentangan dengan kepercayan nilai-nilai yang di miliki pecandu rokok. Situasi ini terjadi jika melibatkan lingkungan pergaulan untuk mengikuti zaman tapi itu pembangkangan terhadap diri sendiri, adapun jenis hubungan menurut Fistinger adalah hubungan yang tidak sesuai atau inkonsisten atau disonansi (dissonance). Hubungan inkonsisten atau disonansi ini terjadi bila satu elemen tidak diharapakn untuk mengikuti elemen lain (one element would not be expected to follow from the other). Sebagaimana diharapkan maka banyak pengguna rokok pasif yang tidak merokok harus menghisap asap pengguna rokok aktif dibanding dengan mereka yang merokok. Tingkat disonansi atau penyesalan yang di alami seseorang terkait dengan perokok, Namun konsentrasi racun perokok aktif akan bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yang ia hembuskan.” Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Sebab asap ynag dihasilkan berasal dari pembkaran tembakau yang tidak sempurna. Dalam tubuh perokok aktif, merupakan gas berbahaya yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam tubuh. Peningkatan oksigen oleh karbon monoksida inilah yang kemudian memicu terjadinya penyakit jantung. Disimpulkan bahwa merokok, bila dikonsumsi berlebihan, dapat menimbulkan gangguan mental organic (GMO). Mereka para perokok yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan  perilaku, seperti misalnya ingin berkelahi tau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya, tidak fokus berfikir dalam belajar, sulit mengatur emosi, dan labil.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar