MAKALAH PRAKTIK KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI
DOSEN : ADI INNGIT HANDOKO M.I.Kom

Disusun oleh :
Tugas Kelompok 8
Nama : Sasnita Sari
Paula Tania
Mata Kuliah : Komunikasi Antar
Pribadi
Jurusan : Ilmu
Komunikasi ( Reguler Sore )
Smester : V ( Lima )
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
STISIPOL CANDRADIMUKA PALEMBANG
2016/2017
2016/2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berbicara adalah merupakan suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang
sangat penting, karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama
manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan
perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain sebagainya.
Kalau diamati dalam kehidupan sehari-hari, banyak didapati orang yang
berbicara. Namun tidak semua orang didalam berbicara itu memiliki kemampuan
yang baik dalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain sehingga dapat
dimengerti sesuai dengan keinginannya, dengan kata lain, tidak semua orang
memiliki kemampuan yang baik didalam menyelaraskan atau menyesuaikan dengan
detail yang tepat antara apa yang ada dalam pikiran atau perasaannya dengan apa
yang diucapkannya sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat memiliki
pengertian dan pemahaman yang pas dengan keinginan si pembicara.
Untuk penyampaian hal-hal yang sederhana mungkin bukanlah suatu masalah,
akan tetapi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan, pendapat, penjelasan terhadap
suatu permasalahan, atau menjabarkan suatu tema sentral, biasanya memiliki
tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi seorang pembicara yang belum terbiasa,
bahkan tidak semua orang mampu melakukannya dengan baik. Dibutuhkan suatu
keterampilan atau kecakapan dengan proses latihan yang secukupnya untuk dapat
tampil dengan baik menjadi seorang pembicara yang handal.
1.2.Tujuan
Tujuan praktik komunikasi adalah membina
hubungan baik saling pengertian yang mengembangkan kerjasama dalam menumbuhkan
kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat lewat kegiatan bertutur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Praktik Komunikasi dalam Keseharian
Berbicara atau bertutur merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan
orang dalam kehidupan bermasyarakat. Sebelum dikenal adanya tulisan, bertutur
sudah digunakan sebagai alat komunikasi. Seiring perkembangan zaman, kegiatan
bertutur memiliki peranan penting bagi kehidupan bermasyarakat dan berbudaya.
Sering kita temui daerah dengan kebudayaan yang baik memiliki kebiasaan
bertutur yang baik pula, sesuai dengan ungkapan ”bahasa menggambarkan budaya
setempat”.
Berbicara menjadi suatu hal yang penting dalam keseharian. Berbicara
dipergunakan untuk berkomunikasi, menyampaikan informasi, menyampaikan maksud,
sampai digunakan untuk berdebat. Kecakapan dalam berbicara untuk menyampaikan
suatu ide merupakan kecerdasan linguistik, bagian dari delapan kecerdasan yang
disampaikan oleh Howard Gardner pada tahun 1983 dalam bukunya Frames of Mind.
Kecerdasan ini pada dasarnya dimiliki oleh setiap manusia dengan kadar
kemampuannya yang berbeda-beda. Untuk memiliki kemampuan ini ternyata bukanlah
hal yang mudah. Banyak orang yang mampu merumuskan sebuah gagasan dengan baik,
namun kesulitan dalam hal penyampaiannya. Dalam penyampaiannya pun harus jelas
dan sistematis agar mudah dipahami oleh pendengar.
Dahulu kemampuan berbicara yang baik hanya dimiliki oleh orang yang
mempunyai status atau fungsi tertentu seperti kepala suku saat upacara adat,
pemakaman, kelahiran, dan sebagainya. Penguasaan mantra, kata-kata bijak, dan
nasehat yang diberikan kepada masyarakat menjadi kelebihan yang mereka miliki
jika dibandingkan dengan orang lain. Kemampuan berbicara inilah yang membuat
para kepala suku dihormati dan disegani oleh masyarakatnya.
Kemampuan berbicara ini juga berkembang di Yunani dan Roma dengan
tokohnya seperti Socrates dan Aristoteles. Mereka menyebut kemampuan berbicara
ini dengan retorika yang berasal dari bahasa Latin rhetorica yang berarti ’ilmu
berbicara/bertutur’. Awalnya mereka menganggap ilmu ini untuk memenangkan suatu
kasus. Namun, penggunaan retorika kini sudah bergeser pada ilmu yang
mengajarkan tindak dan usaha bertutur untuk membina saling pengertian. Sesuai
yang dikatakan oleh I Gusti Ngurah Oka.: “Retorika adalah ilmu yang mengajarkan
tindak dan usaha yang efektif dalam persiapan, penataan dan penampilan tutur
untuk membina saling pengertian dan kerja sama serta kedamaian dalam kehidupan
bermasyarakat.”
2.2.
Pemanfaatan Pratik Komunikasi dalam Keseharian
Pemanfaatan Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari antara lain: “secara
spontan atau intuitif, secara tradisonal atau konvensional, dan secara
terencana.” Pemamanfaatan Komunikasi secara spontan atau intuitif ini sering
terjadi dalam kehidupan bertutur sehari-hari. Biasanya pembicara tidak banyak
mempersiapkan bahan materi yang akan dibicarakan. Jadi lebih bersifat spontan.
Pemanfaatan komunikasi secara tradisional yaitu dengan mengikuti konvensi atau
kesepakatan yang sudah diberikan oleh generasi sebelumnya. Seperti penghormatan
kepada pejabat dengan menggunakan kalimat “Yang terhormat”. Pemanfaatan komunikasi
secara terencana maksudnya ialah, “penggunaan komunikasi yang direncanakan
sebelumnya secara sadar diarahkan ke suatu tujuan yang jelas” Pemanfaatan pratik
komunikasi secara terencana dibagi menjadi bidang politik, bidang usaha atau
ekonomi, karyawan bahasa, bidang kesenian, dan bidang pendidikan. Pada bidang
pendidikan, pemanfaatan komunikasi secara terarah tampak lebih menonjol lagi pada
proses pengajaran di dalam kelas.
Pendidikan merupakan pilar utama dalam usaha memajukan bangsa dengan
mencetak generasi yang cerdas dan mandiri. Pendidikan menjadi sarana dalam
mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu mencerdaskan bangsa. Bangsa yang besar adalah
bangsa yang menghargai pendidikan, bangsa yang peduli dengan pendidikan, dan
bangsa yang mengedepankan pendidikan. Sebuah negara akan terpuruk bila
pendidikan yang diselenggarakan negara tersebut kurang atau tidak baik.
Dalam dunia pendidikan, berbicara menjadi kompetensi yang harus dimiliki Mahasiswa.
Berbicara menjadi bagian catur tunggal, yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan
menulis yang tidak dapat dipisahkan dari keempat keterampilan berbahasa
tersebut. Bila satu saja dari keempat keterampilan itu tidak ada, maka dapat
dipastikan orang tersebut akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi dengan baik
dan benar, secara efektif dan efisien, baik lisan maupun tulisan. Selain itu
khususnya mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi yang seharusnya lebih pandai menggunakan kata-kata dalam
berkomunikasi terhadapn lingkungannya dimanapun itu bertujuan untuk menumbuhkan
apresiasi terhadap dunia yang berhubungan dengan komunikasi
2.3.
Penerapan Praktik Komunikasi dalam Keseharian
Dalam pembelajaran kemampuan berkomunikasi terhadpan lingkungan
keseharian, kemampuan berbicara sering terabaikan karena yang ditekankan dan
mendapat perhatian lebih ialah kemampuan menulis. Padahal tujuan utama
pembelajaran memahami komunikasi ialah untuk dapat menciptakan komunikasi yang
baik dengan lawan bicara. Bukan hanya tulisan tetapi juga lisan. Oleh karena
itu, diperlukan perhatian yang khusus untuk kemampuan berbicara. Diperlukan
keseriusan dalam hal ini. Diperlukan strategi dan metode yang tepat agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Pada seminar kampus Mata Kuliah Ilmu Komunikasi bagi semester 1 khususnya
dan juga semester tingkat atas Standar
Kompetensi berbicara pada mahasiswa tersebut yaitu belajar untuk percaya diri
dalam menerapkan apa yang akan di samapikan pada pendengar, merupakan kemampuan
yang harus dikuasai oleh mahasiswa karma jurusan komunikasi harus pandai.
Kompetensi Dasar yang harus dimiliki setelah proses adalah mahasiswa mampu
berpidato tanpa teks dengan menggunakan pelafalan, intonasi, nada, dan sikap
yang tepat.
Dalam penerapannya, pembelajaran berpidato pada tingkat mahasiswa
ternyata belum memberikan hasil yang memuaskan. Mahasiswa cenderung menjadi
pribadi yang sulit berbicara di depan umum. Hal utama yang menjadi penyebab
biasanya adalah faktor keragu-raguan atau keberanian dari mahasiswa itu
sendiri. kekhawatiran berkata salah ketika berpidato didepan umum. Bahan
pembicaraan yang sudah dipersiapkan menjadi hilang ketika berada di depan orang
banyak untuk berpidato. Dari sekian banyak mahasiswa tentunya ada beberapa mahasiswa
yang mampu tampil dengan berani dan percaya diri. Hal ini karena adanya
pembiasaan yang dilakukan karena mahasiswa tersebut mempunyai pengalaman dalam
berorganisasi yang menuntut mereka untuk sering berinteraksi dengan banyak
orang. Keberanian dan percaya diri memang merupakan modal utama dalam
berpidato, namun tidak cukup hanya kedua hal itu saja. Dalam berpidato, mahasiswa
dituntut mampu memilih kata dan menyusun kalimat dengan baik serta memahami
faktor-faktor lain seperti pelafalan yang baik, intonasi, dan sikap yang tepat.
Metode yang paling sering digunakan dosen dalam pembelajaran berpidato
adalah dosen menjelaskan faktor-faktor yang dinilai dalam berpidato. Kemudian mahasiswa
diminta untuk berpidato. Setelah itu, performa mahasiswa tersebut dievaluasi
secara bersama-sama. Metode ini memang baik untuk memberikan pemahaman tentang
faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam berpidato. Namun, dalam hal praktek
tentunya mahasiswa menampilkan hanya sebatas pengetahuannya saja. Kecuali bila mahasiswa
memiliki pengalaman lomba berpidato/sudah terbiasanya berbicara dalam khlayak (
banyak orang ) atau memiliki jabatan ketua pada suatu organisasi yang sering
diminta untuk berpidato. Bagi mahasiswa yang belum memiliki pengalaman yang
cukup mengenai pidato maka sangatlah perlu mahasiswa tersebut melihat sebuah
contoh dalam berpidato. Dalam hal inilah seorang dosen harus memberikan sebuah
model yang dapat dipelajari oleh mahasiswa ketika dimintai untuk berpidato
dalam acara seminar. Model itu dapat dilakukan oleh dosen ataupun selain dosen.
Seperti pendapat Albert Bandura dalam teori sosial learning yang
menyatakan bahwa proses belajar dimulai dari meniru, maka dalam belajar
berpidato alangkah baiknya bila mahasiswa mencontoh pemidato yang baik. Dengan
contoh ini mahasiswa akan mendapatkan gambaran mengenai cara berpidato yang
baik. Contoh ini dapat dijadikan model dalam pembelajaran berpidato.
Media merupakan alat komunikasi dalam pendidikan. Media pendidikan
menjadi alat bantu untuk menyampaikan pesan yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa.
Penggunaan media tidaklah asal saja tetapi harus dengan pertimbangan bahwa
penggunaan media tersebut sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Jangan sampai
media yang telah dipersiapkan tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Dengan bantuan media, proses dan hasil pembelajaran diharapkan menjadi
lebih baik jika dibandingkan tanpa menggunakan media. “Media tidak terbatas
hanya pada alat saja secara luas media bisa termasuk manusia, benda ataupun
peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan.” Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain, “sumber pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pengajaran
terdapat atau asal untuk belajar seseorang” , media inilah yang dapat membantu
memperkaya wawasan mahasiswa dalam belajar.
Dalam proses pembelajaran, model merupakan media yang dapat dijadikan
sumber untuk belajar. Model ini dapat dicontoh dan dikembangkan oleh mahasiswa.
Oleh karena itu, media bisa pula dosen atau model yang diberikan di luar pihak
dosen, seperti model dalam berpidato yang telah disebutkan sebelumnya.
Mengenai model mana yang harus dipilih kita harus melihat kualitas model
itu sendiri. Sesuatu yang akan dijadikan model diusahakanlah yang terbaik
karena akan dicontoh dan mungkin dikembangkan oleh mahasiswa setelah mengamati
model tersebut. Dalam model untuk berpidato beberapa hal pokok yang wajib
menjadi kriteria, yaitu kemampuan linguistik, kemampuan mempersuasi, dan
kemampuan memotivasi. Ketiga hal tersebut terangkum dalam ilmu komunikasi.
2.4.
Manfaat Praktik Komunikasi dalam Keseharian
Motivator bisnis merupakan salah satu profesi yang menggunakan ilmu komunikasi.
Kemampuan berkomunikasi sangat berguna dan membantu untuk menunjang profesi
ini. Tugas utama sebagai motivator bisnis ialah mampu mempersuasi para
pendengar agar termotivasi untuk melakukan saran-saran yang diberikan olehnya.
Layaknya seorang orator dalam sebuah kampanye, seorang motivator bisnis harus
tampil dengan percaya diri dan mampu meyakinkan pendengarnya dengan sikap dan
kata-kata yang diungkapkannya. Dengan kriteria ini seorang motivator bisnis
merupakan model yang layak untuk pembelajaran berpidato karena dengan
predikatnya sebagai seorang ”motivator” maka tentunya ia harus memiliki
kriteria-kriteria tersebut.
Pemodelan komunikasi motivator bisnis ini berlaku sebagai media pada saat
pembelajaran berpidato. Pemberian model yang baik akan mempermudah mahasiswa
dalam belajar. Dengan media, pemodelan komunikasi motivator bisnis ini
diharapkan memberikan wawasan yang lebih baik kepada mahasiswa untuk berpidato
serta mahasiswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam berpidato sehingga dapat
meyakinkan pendengarnya.
Bicara merupakan bentuk komunikasi manusia yang paling mendasar, yang
membedakan kita sebagai suatu spesies. Meskipun setiap hari kita berbicara, dan
sepantasnya kita berlatih agar dapat bicara lebih baik. Alasannya sederhana,
jalan menuju sukses, baik di bidang sosial maupun prefesional, biasanya dapat
dilalui dengan bicara. Bicara merupakan salah kenikmatan hidup terbesar, satu
hal yang terpenting adalah mau berbicara. Banyangkan saja dalam sehari kita
dapat berapa banyak mengucapkan ribuan kata. Mengapa kita tidak mengembangkan
keterampilan bicara dan menjadi pembicara terbaik.
Bicara itu seperti bermain golf, mengendarai mobil, atau seperti
mengelola bisnis toko. Semakin sering melakukannya maka semakin mahir dan
semakin merasakan senang. Tetapi kita harus mengetahui dasar-dasarnya, demikian
juga dengan berbicara yaitu dasar-dasar percakapan yang berhasil antara lain:
kejujuran, sikap yang benar, minat terhadap orang lain, dan keterbukaan
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Untuk sebagian orang seperti penyiar radio, penyiar tv, motivator, dll,
merupakan pembicara yang bekerja dengan mengembangkan keterampilan berbicara.
Sehingga berbicara bisa jadi sebagai sumber penghasilan.
2.5.
Cara Berkomunikasi yang Baik
Menurut Larry King “orang sukses adalah pembicara yang sukses dan
sebaliknya. Adakah orang sukses yang tidak dapat mengekspresikan dirinya?
Jawabannya adalah nihil. Mungkin mereka tidak pandai ngobrol atau mungkin tidak
dapat bicara di depan umum, tetapi mereka cukup berbicara dalam suasana sosial
cukup berbeda, untuk meraih kesuksesan. Untuk sebagian orang berbicara di depan
umum bukan mejadi hal yang mudah, tak heran kalau seseorang menganggap bicara
adalah suatu yang sangat menakutkan dan memalukan, malah menjadikan orang gugup
ketika disuruh berbicara sehingga sering terjadi kesleo lidah, dan menjadi
terpleset kata. Mereka itu hanya orang-orang yang takut berbicara karena takut
salah, atau takut salah untuk mengatakan hal yang benar.
Tidak ada yang mengatakan Harry Truman sebagai orator ulung, tapi banyak
yang mengganggapnya presiden hebat. Ia adalah pembicara yag baik dalam urusan
politik. Ia bukan pembicara yang memikat, tetapi merupakan komunikator yang
baik, karena ia berusaha agar pembicaranya mudah dipahami. Ia tidak teoritis,
tetapi mampu meluncurkan gagasan yang jelas dan langsung.
Tetapi kebanyakan yang paling penting untuk kita adalah mengefektifkan
percakapan sehari-hari, entah dalam kehidupan sehari-hari, atau di ruang
publik. Tak ubahnya seorang pembelajar yang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Berbicarapun
sama, seseorang mempunyai gaya
berbicara sendiri-sendiri. Seseorang dapat menilai dan memberikan gambaran
bahwa gaya bicara orang berbeda-beda, tetapi
masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri, dan mengomentari apakah gaya berbicaranya cocok
atau tidak dengan vocal pembicara. Berbicara adalah hal yang simple sebenarnya
berbicara menggunakan otak, lakukan dengan enjoy, mengikuti zaman, jangan
berpikir negatif, mengembangkan unsur-unsur yang ada seperti warna suara,
penyampaian, dan penampilan (performance), dan sikap komunikator. Anggap lah
berbicara adalah kesempatan. Tak usah enggan untuk berbicra ingat pepatah:
“Jika anda tidak merasa ahli berbicara maka yakinlah bahwa anda akan ahli
berbicara, namun jika anda merasa pandai berbicara maka anda dapat melakukan
lebih baik”. Terus berlatih dan kembangkan kemampuan berbicara di mulai
berbicara yang sederhana, dan memperhatikan orang bicara adalah salah satu
media untuk belajar menjadi pembicara yang baik dan dapat lebih dinikmat
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Komunikasi adalah sebuah teknik
pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui
karakter pembicara, emosional atau argumen (logo), awalnya Aristoteles
mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan judul 'Grullos'
atau Plato menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau
teknik persuasi politik yang bersifat transaksional dengan menggunakan
lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato,
persuader dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai,
keprcayaan dan pengharapan mereka. Berbicara pada dasarnya harus
dimiliki oleh semua orang yang didalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik
yang sifatnya satu arah maupun yang timbal balik ataupun keduanya.
Seseorang yang memiliki ketermapilan berbicara yang baik, akan memiliki
kemudahan didalam pergaulan, baik di rumah, di kantor, maupun di tempat lain.
Dengan keterampilannya segala pesan yang disampaikannya akan mudah dicerna,
sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dengan siapa saja.
3.2.
Saran
Untuk pembaca lebih meningkat keterampilan berbicara, karena retorika/komunikasi
itu sangat penting dalam kehidupan sehari – hari, dapat membuat kita mudah
dalam berkomunikasi di depan umum atau antar personal
DAFTAR
PUSTAKA
KERAF GORSYI. Diksi dan Gaya Bahasa Seri Retorika,
Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2006
NGURAH..I
GUSTI OKA. Retorik Sebuah
Tinjauan Pengantar , Bandung,
Tarate Bandung 1985.
SUWITO,
Sosiolinguistik , Fakultas
Sastra Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 1985.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar